Kita Ada Karena Kebersamaan
Kita Ada Karena Perbedaan
Kita Ada Untuk Memerangi Kesalahan SYSTEM
Guyub Rukun Berjuang Bersama
(Bukan OMEK)

Minggu, 15 Mei 2011

INDONESIA APAKAH AKAN MENANGIS LAGI ???

Surabaya - Anggota DPRD Jatim bertanya-tanya terkait hasil UN yang diterima 26 siswa SMA dan SMK di Surabaya dengan nilai 0 (nol). Hal itu dianggap anggota dewan sebagai keteledoran Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur maupun Kota Surabaya serta pihak sekolah.

"Minggu depan kita akan panggil Dinas Pendidikan Provinsi Jatim untuk mengklarifikasi kenapa sampai terjadi seperti itu," kata Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Fuad Mashuni kepada wartawan di Pasar Seni Lukis Indonesia di Balai Pemuda Surabaya, Minggu (15/5/2011).

Anggota dewan dari PKB ini menegaskan, dengan kejadian itu, yang menjadi korban adalah para siswa. Menurutnya, yang bertanggungjawab atas kekeliruan itu adalah semua pihak mulai dari sekolah, Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.

"Ini kesalahan petugasnya, kok bisa nol. Bagaimana nasib anak-anak kita. Itu tanggung jawab sekolah dan dinas. Yang salah sekolah dan dinas tidak meneliti," tuturnya.

Fuad mengatakan, tidak menutup kemungkinan kasus yang terjadi di Surabaya juga terjadi di beberapa daerah lainnya. Ia meminta semua pihak harus bertanggungjawab dan mencarikan solusinya agar anak-anak bisa melanjutkan cita-citanya.

"Kalau anak-anak diminta mengikuti ujian paket, akan membuat psikologi anak-anak down. Yang jelas, mereka akan menjadi korban pendidikannya selama setahun," jelasnya.

Seperti yang diberitakan, dari hasil sidak Dinas Pendidikan Kota Surabaya, ditemukan 23 siswa SMKN 5 dan 3 siswa SMA di Surabaya yang nilainya ujiannya nol dan tidak masuk ke dalam entry data. Akibat kejadian itu, Dispendik Kota Surabaya melakukan verifikasi terhadap siswa yang nilainya nol.

Selasa, 12 April 2011

Kisah Bangun Pagi



Saya dan suami punya kebiasaan yang lain lagi dalam menyambut pagi. Saya biasanya dilanda kebingungan akan menu makanan yang akan saya masak hari ini, khususnya jika daftar menu lupa saya susun sebelumnya. Tidak jarang, melihat tumpukan baju kotor yang harus dicuci, juga tumpukan peralatan makan di dapur, rasanya badan ini malas bergerak. Apalagi musim hujan nan dingin seperti sekarang. Tak perlu melihat tumpukan cucian pun, pagi hari biasa disambut dengan bermalas-malasan. Ingin rasanya kembali ke balik selimut, menunggu matahari yang masih malu-malu muncul. Suami saya, seringkali lebih semangat menyambut hari baru di pagi hari, tapi juga tidak jarang bermalas-malasan di pagi hari yang dingin.

Jika melihat anak pertama kami sudah bangun dan melakukan aktivitasnya sendiri dengan semangat, rasanya malu juga. Seharusnya saya memberi contoh yang lebih baik. Bukannya memilih bermalas-malasan daripada segera melakukan aktivitas yang menjadi tanggung jawab saya. Tapi seringnya, malu itu dikalahkan rasa malas. Padahal, dalam pagi hari ada keberkahan. Seperti pepatah di kalangan orang Arab yang menyebutkan bahwa berkah itu ada di waktu pagi, albarakatu fi bukuriha.

Waktu pagi, memang menyimpan banyak keutamaan. Salah satunya adalah keutamaan zikir pagi yang dianjurkan untuk memperoleh banyak rahmat Allah SWT. “Dan sebarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang untuk mengharapkan keridhaan-Nya” (Al-Kahfi; 28).

Waktu pagi adalah waktu pergantian tugas malaikat malam dan siang. Rasulullah menjelaskan dalam haditsnya bahwa waktu shubuh adalah masa di mana para malaikat malam naik ke langit digantikan dengan malaikat siang. Sungguh terasa indah jika saat-saat pergantian malaikat itu, kita sedang berada dalam kondisi taat kepada Allah swt.

Namun apa yang terjadi? Biasanya saya lebih memilih untuk bermalas-malasan. Menjalankan sholat shubuh dengan terkantuk-kantuk kemudian bermalas-malasan menunggu matahari muncul adalah hal yang tidak jarang saya lakukan. Astaghfirullahaladziim..



Waktu-waktu shubuh di pagi hari adalah waktu yang oleh para ulama dianggap sebagai waktu terbaik untuk mendalami suatu ilmu. Suasana pagi yang tenang membuat konsentrasi dan kemampuan memahami meningkat. Ibnu Jarir Ath Thabari, yang mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari selama empat puluh tahun terakhir masa usianya, melakukan murajaah akan ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal shubuh. Lukman Al-Hakim pun mengingatkan anaknya tentang kemuliaan pagi dan mudahnya akal menyerap ilmu dengan mengatakan, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.”

Lihatlah! Pagi tak pernah bosan menyapa kita kecuali Allah menentukan takdirnya yang lain. Suasana pagi tetaplah penuh dengan kesegaran dan kesejukan. Suasana pagi selalu membawa harapan bagi diri. Selamat pagi! Saya ingin selalu menyapa pagi dan menjadikannya momen yang baik untuk memperbaiki diri. Mudah-mudahan..

Dunia Sebuah illusi Tujuan Akhir Kehidupan

Banyak manusia yang menyangka bahwa dunia merupakan tempat yang final dan menentukan. Menang di dunia dianggapnya sebagai suatu perkara yang mesti dan harus. Sebab jika tidak menang di dunia lalu mau menang di mana lagi? Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia merupakan suatu kehinaan yang bagaimanapun caranya harus dihindari. Sebab menurutnya mana mungkin seseorang masih bisa mengangkat kepalanya bila ia harus hidup di dunia dengan status sebagai pecundang. Itulah anggapan yang begitu terpateri di benak fikiran setiap orang yang menjadi hamba dunia.

Ketika sahabat Rib’iy bin Amer radhiyallahu ’anhu ditugaskan untuk bernegosiasi dengan panglima militer Persia, Rustum, ia menjelaskan misi diutusnya ummat Islam oleh Allah subhaanahu wa ta’aala ke muka bumi. Salah satu misi tersebut dijelaskan olehnya sebagai berikut:

ابتعثنا الله لنخرج الناس من ضيق الدنيا إلى سعت الدنيا و الآخرة

”Kami (ummat Islam) diutus Allah ta’aala ke muka bumi untuk mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju lapangnya dunia dan akhirat.”

Inilah salah satu misi utama ajaran Islam. Melahirkan manusia beriman yang keyakinan dan penghayatannya akan negeri akhirat sedemikian kuatnya sehingga mereka tidak pernah terkurung di dalam keterbatasan dunia yang sempit. Orang beriman selalu hidup dengan hati yang lapang sebab mereka tidak mudah terseret oleh tipuan kesenangan (maupun kesengsaraan) dunia yang fana.

Seberapa nikmatnya kesenangan dunia, maka bagi seorang mu’min tidak bisa menandingi apalagi melebihi kebahagiaan hakiki di surga akhirat kelak. Demikian pula, sedahsyat apapun kesengsaraan di dunia, maka bagi orang beriman hal itu tidak bisa menandingi apalagi melebihi penderitaan sejati di neraka akhirat kelak nanti.

Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat begitu banyak manusia yang menyangka bahwa dunia sedemikian hakikinya sehingga mereka rela melakukan dan mengorbankan apapun hanya untuk meraih kesenangan fana dunia. Begitu pula mereka akan rela berbuat dan meyerahkan apapun demi terbebaskan dari penderitaan sementara dunia ini. Dan itu semua dilakukan dengan mempertaruhkan kemungkinan meraih kesenangan hakiki surga akhirat dan dengan kemungkinan malah berujung di kesengsaraan sejati neraka akhirat.

Tidak banyak manusia yang rela bersabar kehilangan surga dunia demi meraih surga akhirat. Tidak banyak orang yang rela menghadapi neraka dunia demi terbebaskan dari neraka akhirat. Hal ini cuma menunjukkan betapa tidak sabarnya manusia. Dan hal ini juga menunjukkan betapa mudahnya manusia terjebak dengan hal-hal yang zahir dari kehidupan dunia ini dan mereka tidak cukup tajam penglihatannya untuk mamandang hal-hal ghaib dari kehidupan akhirat.


يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)

Para ahlud-dunya atau pencinta dunia memang merupakan kaum materialis. Mereka hanya sibuk tenggelam dalam hal-hal yang material semata. Mereka tidak pernah mau tahu dengan hal-hal yang bersifat ”behind the material”. Sebab mereka tidak sanggup menjangkaunya. Dan ketidak-sanggupan itu disebabkan oleh tidak hadirnya al-iman di dalam dadanya.

Orang beriman tentunya ingin berhasil juga di dunia. Tetapi doanya dan harapannya kepada Allah ta’aala tidak pernah berhenti hanya pada hal-hal sebatas dunia. Mereka selalu mengharapkan akhirat bersamaan dengan harapannya akan dunia.


وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

”Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."” (QS Al-Baqarah ayat 201)

Singkat kata, seorang mu’min adalah manusia yang lebih memilih menderita di dunia asal senang di akhirat. Sedangkan seorang kafir atau munafik lebih memilih sukses di dunia walau harus berakibat masuk neraka di akhirat kelak. Seorang mu’min berprinsip: ”Lebih baik susah sekarang asal senang belakangan.” Sedangkan seorang kafir atau munafik berprinsip: ”Yang penting kita harus senang selagi bisa. Soal neraka, yah, belum tentu juga benar-benar ada.”

Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengingatkan kita ummat Islam agar jangan hendaknya tertipu oleh dunia. Hendaknya selalu sadar bahwa hakikat senang dan susah adalah di akhirat bukan di dunia. Senang di dunia tidak perlu membuat kita lupa. Susah di dunia tidak perlu membuat kita berputus asa.

Itulah sebabnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyampaikan suatu hadits yang menggambarkan salah satu episode di hari pengadilan kelak nanti. Penggambaran yang menjelaskan betapa kesenangan surga sejenak cukup membuat orang yang paling menderita sewaktu di dunia lupa samasekali akan penderitaannya. Sedangkan kesengsaraan neraka walau sekejap cukup untuk menjadikan orang yang paling nikmat sewaktu hidup di dunia tidak ingat lagi akan semua kesenangannya.


حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ
وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ

“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

Cacatnya Wanita Penghuni Dua Surga




Dulu, saat masih kuliah S.1 di Jurusan Hadits, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Kairo ia pernah ditawarkan dengan seorang mahasiswi oleh temannya yang telah menikah. Tapi saat itu ia menolak tawaran tersebut. Obsesinya untuk menyelesaikan S.2 lebih kuat mengalahkan keinginan untuk menikah. Namun kini, ia merasa dirinya harus segera menyempurnakan separuh agamanya. Ia membutuhkan seorang pendamping yang menjadi tempatnya berlabuh dan menumpahkan berbagai cerita dan gelisah jiwanya. Apalagi desakan dari Ibunya membuatnya tidak lagi bisa berdiam diri.

Ia sendiri heran, kenapa dorongan untuk menikah serasa kuat menyesak di rongga dadanya. Apakah saatnya telah tiba? Ia mencoba untuk banyak berpuasa, tapi puasa itu seakan tak mampu menundukkan gejolak itu. Berat. Hampir setiap malam ia menangis. Mengadukan perasaannya pada Sang Pencipta. Menumpahkan segala sesak di dada. Ia berdoa dalam tahajudnya yang panjang. Mengharap belas kasih dan curahan rahmat dari Sang Pemilik Jiwa.


"Selamat ya Fuad atas prestasi yang kamu raih dalam lomba Jaizah Dubes kemaren. Kapan jadi berangkat ke Australia?" Sapa Ustadz Jalal pada Fuad ketika Fuad berkunjung ke rumahnya.
"Insya Allah tanggal 14 Juli nanti, Ustadz."
"Insya Allah, semoga urusannya lancar dan perjalanan kamu diberkahi Allah."
"Amin, syukran doanya Ustadz."
"Sama-sama akhi. Apa kesibukan kamu sekarang?"
"Fokus merampungkan Tesis S.2. Saya punya target tahun depan sudah bisa di-munaqasyahkan, insya Allah."
"Insya Allah, akhi. Saya kagum dengan semangat dan kegigihanmu menuntut ilmu. Dalam usia yang masih muda, kamu akan menyelesaikan S.2-mu."
"Biasa saja Ustadz. Belum sepadan dengan prestasi yang pernah Ustadz raih," balas Fuad penuh senyum.

"Kamu terlalu merendah Akhi, saya senang bisa mengenalmu. Jarang lho di Al-Azhar ada mahasiswa yang bisa menyelesaikan S.2-nya pada usia 26 tahun."
"Seharusnya saya yang merasa senang bisa berkenalan dengan kandidat Doktor Jurusan Tafsir di Universitas Al-Azhar," jawab Fuad tak mau kalah.
"Ah, kamu terlalu berlebihan memuji saya akhi. Begini Akhi, mungkin lansung saja ya pada inti pembicaraan. Saya diberi amanah oleh kakak saya di Indonesia untuk mencarikan calon suami untuk anaknya. Selama ini saya mengamati mahasiswa-mahasiswa yang saya kenal termasuk akhi. Setelah saya coba pikirkan dan bicarakan dengan istri saya, saya melihat akhi orang yang tepat."
"Afwan Ustadz, saya kira Ustadz keliru dan terlalu berlebihan menilai saya. Saya hanya orang yang biasa saja."

"Tidak Akhi. Penilaian ini bukan asal-asalan. Tapi setelah sekian lama saya mengamati kehidupan Akhi. Kalau akhi berminat dan telah punya keinginan untuk menikah, kita bisa bicarakan lebih lanjut."
"Apakah calon yang wanitanya di Indonesia Ustadz?"
"Tidak, dia kuliah di Jurusan Syariah Islamiyah, tingkat tiga."
"Apa saya mengenalnya Ustadz?"
"Mungkin tidak. Sangat beda dengan akhi, kalau akhi seorang aktivis dia sebaliknya. Tidak banyak yang mengenalnya."
"Apa dia sendiri telah siap menikah Ustadz?"
"Insya Allah, kalau dia gak ada masalah. Ia selalu menuruti keinginan orang tuanya. Dia anak yang penurut. Kalau akhi bagaimana, apa sudah punya calon?"
"Belum Ustadz."
"Berarti pas sekali," tanggap Ustadz Jalal penuh riang dan menunjukkan wajah cerah.
"Tapi Ustadz, saya butuh waktu untuk mencerna dan mempertimbangkannya. Saya belum bisa memberi jawaban sekarang. Saya butuh waktu seminggu untuk memberi jawaban pada Ustadz."
"Tidak mengapa akhi. Saya bisa maklum. Silahkan ditimbang dulu dengan matang. Jika akhi menyetujui saya sangat senang sekali. Namun bila sebaliknya, tidak mengapa, saya akan mencoba menawarkan pada yang lain."
"Insya Allah Ustadz, akan saya istikharahkan pada Allah, semoga Allah menunjukkan yang terbaik, amin."
"Amin."



"Alhamdulillah, akhirnya amanah ini tersampaikan juga. Saya sangat senang sekali. Selamat Fuad kamu akan menikah sebentar lagi."
"Doanya Ustadz, semoga saya bisa mengemban amanah ini dengan baik."
"Amin, semoga Allah selalu memberkahi kalian nantinya, amin. Fuad, ada satu hal yang sangat penting untuk kamu ketahui, calon istrimu itu cacat."

Fuad sangat terkejut.
"Cacat maksud Ustadz bagaimana?"
"Cacat pendengaran, penglihatan, lisan, kedua tangan dan kedua kaki. Terkadang sering berbicara sendiri dan juga sering menangis tanpa sebab. Bagaimana, apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?"
Fuad diam sejenak. Ia terlihat memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian ia menjawab.

"Insya Allah, saya siap Ustadz," jawabnya dengan mantap.
"Ini keputusanmu?"
"Ini bukan keputusan saya Ustadz, tapi keputusan Allah. Saya telah meng-istikharahkan dan saya rasakan hati saya mantap dan teguh dengan pilihan ini. Saya yakin Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk saya."

"Apa kamu tidak menyesal dengan pilihan yang telah kamu ambil?"
"Tidak Ustadz, sama sekali tidak. Bagi saya, pilihan Allah lebih baik dan mulia. Walau secara zahir itu berat dan mungkin menyakitkan, tapi saya rela dan ikhlas. Insya Allah ada pahala dan kebaikan disana menanti. Saya teringat ketika Nabi Ibrahim harus dilemparkan ke dalam api, saat itu beliau tidak gusar dan tidak takut sedikitpun, karena Allah selalu bersama hamba-Nya yang berserah pada-Nya. Atau ketika Nabi Ibrahim harus meninggalkan istri dan anaknya di padang pasir yang tandus demi memenuhi seruan Allah."

"Saya kagum dan bangga padamu Fuad. Sebenarnya sejak awal saya ingin menceritakan padamu kondisi calonmu itu. Tapi, saat itu saya lupa untuk menyampaikannya. Maafkan atas kealpaan saya tersebut."
"Tidak mengapa Ustadz, semuanya sudah terjadi, dan sebagai seorang hamba Allah kita wajib menerima kehendak takdir. Barangkali dalam takdir Allah saya harus menikah dengan seorang wanita yang cacat. Saya ikhlas Ustadz. Mungkin disana pula sumber pahala saya dari Allah. Berkhidmah pada hamba-Nya yang cacat."

"Tapi apakah akhi tidak mencoba mencari wanita lain yang lebih baik dan sempurna?"
"Sebenarnya pada saat Ustdaz menawarkan anak dari kakak Ustadz pada saya, dua hari sebelumnya saya juga ditawarlan oleh teman saya, bahwa teman istrinya juga lagi mencari calon suami. Dan sebelumnya juga ada tawaran. Karena itu saya meminta pada Ustadz agar memberi saya waktu satu minggu untuk istikharah. Karena ada tiga wanita yang akan saya istikharahkan. Saya perlu waktu yang lama untuk memikirkan dan memutuskan dengan matang."

"O begitu, saya baru paham. Kekuatan apa lagi yang menguatkan langkahmu untuk menjatuhkan pilihan pada anak kakak saya tersebut?"
"Istikharah dan mimpi kedua orang tua saya Ustadz. Kami mengalami mimpi yang sama dan merasakan ketentraman serta kemantapan hati yang sama."
"Saya kagum padamu akhi, saya merasa tidak salah memilih dan menilai selama ini. Akhi adalah orang yang tepat. Semoga Allah merahmati hidupmu dan keluarga yang akan akhi bina nantinya, amin," ucap Ustadz Jalal dengan wajah berbinar-binar.


Satu minggu berlalu setelah pernikahan, Fuad menemui Ustadz Jalal Fakhruddin di rumahnya, di Bawwabah Tiga.

"Bagaimana kabarnya Fuad? Kamu terlihat sangat cerah dan lebih segar sekarang."
"Alhamdulillah Ustadz. Segala puji bagi Allah atas nikmat yang Ia curahkan."

"Ada yang ingin saya tanyakan tentang cerita Ustadz kemaren. Ustadz mengatakan bahwa istri saya cacat pendengaran, penglihatan, lisan, kedua kaki dan tangan. Sering berbicara sendiri dan kadang suka menangis tanpa sebab. Saya telah mengetahui dua jawaban yang terakhir. Saya menyadari bahwa istri saya memang sering terlihat seolah berbicara sendiri. Awalnya saya heran. Tapi setelah saya tanyakan dan mendengar dari dekat, ia tengah berzikir, menyebut nama Allah, terkadang bershalawat pada Rasulullah, dan membaca al-Quran. Saya perhatikan ia melakukannya setiap hari, setiap waktu, tanpa henti. Sewaktu menyapu rumah, mencuci piring, menjemur pakaian, memasak, lisannya seolah tak pernah berhenti berzikir. Begitu juga saat bepergian ke luar rumah. Adapun yang Ustadz katakan, bahwa ia terkadang sering menangis tanpa sebab, saya hampir mendapati itu tiap hari juga. Ketika saya tanyakan, ia menjawab bahwa ia teringat akan dosa-dosanya pada Allah, takut jika amalnya tidak diterima, teringat azab dalam kubur, mahsyar, hari penghisaban, shirat dan siksa neraka. Jika teringat akan hal itu air matanya sering meleleh. Itulah yang saya ketahui. Sedangkan cacat pendengaran, penglihatan, lisan, kedua tangan serta kaki itu, saya tidak mendapatkan. Saya perhatikan semuanya baik dan sehat."

"Akhi Fuad, alhamdulillah akhi telah menemukan jawabannya. Sedangkan maksud saya cacat pendengaran adalah, telinganya tidak pernah mendengarkan perkataan yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Tidak pernah mendengarkan musik dan segala lagu-lagu yang merusak iman dan jiwa. Sesungguhnya yang selalu menjadi penghibur dirinya adalah al-Quran dan nasehat-nasehat para ulama. Cacat penglihatan adalah tidak pernah melihat pada yang haram, seperti menonton film yang di dalamnya syahwat diumbar, bisa saya katakan, matanya selalu terjaga dari melihat segala hal yang mengudang dosa dan maksiat. Dan cacat lisan adalah ia tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki, baik melalui sms, telpon, chating di YM, di FB dan seterusnya. Ia sangat menjaga hubungan dengan lawan jenis. Lisannya terjaga dari komunikasi dengan lawan jenis. Adapun cacat tangan adalah tidak pernah berbuat yang nista dan tercela. Sedangkan cacat kaki adalah selalu terjaga dari menempuh tempat-tempat maksiat. Selama di Mesir kakinya hanya melangkah untuk ke mesjid, majlis-majlis ilmu, bersilaturahmi, tidak pernah pergi ke warnet, mengikuti acara-acara yang di dalamnya bercampur laki-laki dan perempuan. Begitulah akhi, penjelasan singkatnya. Nanti setelah hidup lebih lama dengannya akhi akan banyak mengetahui tentang dirinya."

"Saya bersyukur Ustadz, inilah rupanya rahasia di balik petuntuk yang Allah berikan, dan hasil dari istikharah saya selama ini dan juga mimpi saya. Saya melihat dalam mimpi sebuah cahaya yang begitu terang, meneduhkan, menyejukkan, dan beraroma harum seperti kasturi."

Air mata Fuad menetes penuh bahagia, ia lalu bersujud syukur. Ia telah dikaruniai seorang wanita sorga yang dihadirkan Allah ke bumi. Wanita yang selalu menjadi buah bibir penduduk langit karena ketaatannya. Ia teringat dengan hadits Rasulullah. Walau di bumi istrinya tidak dikenal banyak orang tapi di langit, ia yakin istrinya selalu disebut dan didoakan oleh para malaikat.

Taqwa & Harta




Manusia dapat memenuhi segala kebutuhannya dengan memanfaatkan karunia yang ada di bumi ataupun di laut. Tidak lain agar manusia selalu bersyukur dan menaati apa yang telah diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, mereka akan termasuk golongan orang-orang yang bertakwa.

Tak merupakan puncak kemuliaan manusia. Hendaknya semua orang berlomba untuk berada di bawah bendera takwa dalam naungan Allah. Bendera takwa inilah yang diangkat dan dikibarkan oleh Islam untuk menyelamatkan manusia dan fanatisme terhadap jenis kelamin, bangsa, kabilah, atau suku, dan keluarga serta keturunan.

Abu Hurairah r.a. berkata : “Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Salam, pernah ditanya, ‘Siapa manusia yang paling mulia? Beliau menjawab, “Manusia yang paling mulia atau terbaik disis Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka’. Mereka berkagta, “Kami tidak bertanya tentang itu’. Beliau bersabda, “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, karena ia Nabiyullah (nabi Allah), anak dan Khalilullah (kekasih Allah, ylaitu Nabi Ibrahim)’. Mereka berkata, ‘Bukan ini kami tanyakan’. Lalu, beliau balik bertanya, “Apa kalian bertanya kepadaku tentang barang tambang orang-orang Arab? Mereka menjawab,”Ya”. Nabi Sallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda, “Yang terbaik daintara kalian pada masa jahiliyah adalah yang terbaik di dalam Islam, jika mereka faqih (paham dalam urusan agama)”. (HR.Bukhari).

“Sesungguhnya, Allah tidak melihat kepda bentuk (fisik) dan harta (kekayaan) kalian, tetapi melihat kepada hati dan amal perbuatan”. (HR.Muslim)

Tetapi, memang hanya sedikit manusia yang dapat bersyukur atas segela nikmat dan karunia yang sudah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada manusia. Manusia banyak yang ingkar dan berbuat dzalim, durhaka, bukan hanya kepada Allah, tetapi juga terhadap mereka sendiri. Manusia banyak yang berlaku ‘isyraf’ (berlebihan) dalam segala hal, khususnya menggunakan pemberian Allah berupa kenikmatan dunia, dan tanpa mensyukuri atas pemberian-Nya.

Setiap harta dan kekayaan mereka miliki seharusnya disadari sepenuhnya itu merupakan amanat, dan titipan dari Allah Azza Wa Jalla, dan kelak harus dipertanggungjawabkan dihadapan Rabbnya. Tidak ada setitik hartapun yang dimiliki oleh manusia, yang kelak tidak dipertanggung jawabkan kepada Rabbnya. Harta yang dimiliki dan amanah itu, seharusnya untuk dapat menyempurnakan keimanan dan aqidahnya, melalui cara tidak menjadikan harta dan kekayaan sebagai ‘ilah’ (tuhan) baru.



Tidak mungkin seorang mukmin hidupnya dapat mendua.
Tidak mungkin seorang mukmin yang sejatih hidupanya menjadi ambivalen. Menjadi Allah Rabbul Aziz, tetapi sekaligus mencintai makhluk dan benda yang merupakan ciptaan-Nya. Manusia harus dapat membuktikan dalam hidupnya, bila dia seorang mukmin yang mukhlis, yaitu hanyalah mencintai Allah secara total, dan hanya menomorkan duakan, segala sesuatu selainnya.

Dewasa ini kita hidup dalam sebuah zaman dimana kebanyakan orang menganggap bahwa bertawakkal kepada Allah hanya dalam urusan ketika sudah menghadapi masalah dalam hidup. Itupun ke-tawakkal-an dalam bentuk memohon kepada Allah pertolongan saat diri telah tenggelam dalam kesulitan hidup seperti jatuh miskin atau sakit berat atau kehilangan sesuatu stau seseorang yang sangat dicintainya. Sedangkan sewaktu dia berjaya dia tidak pernah peduli untuk hidup dengan mengikuti petunjuk ilahi dan mematuhi aturan serta hukum Allah.

Ia bangga dan sangat percaya diri hidup berdasarkan hawa nafsu pribadinya dan mematuhi aturan dan hukum selain yang datang dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Mereka enggan untuk menjadikan ajaran Allah, Al-Islam, sebagai jalan hidup. Mereka lebih bangga dan percaya diri untuk menata kehidupan berdasarkan berbagai ideologi buatan manusia seperi demokrasi, nasionalisme, humanisme, liberalisme, materialisme dan sekularisme. Padahal sikap demikian menunjukkan absennya ke-tawakkal-an kepada Allah.

Dan barangsiapa yang tidak tawakkal kepada Allah berarti sama saja dengan mempersekutukan Allah dengan sesuatu selainNya alias memproklamirkan diri sebagai bagian dari kaum musyrikin. Dan menjadi bagian dari kaum musyrikin sama saja dengan menjadi loyalis kepada syetan, fihak yang semestinya seorang beriman bermusuhan dengannya dan tidak berkompromi sedkitpun dengannya.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

”Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Faathir ayat 6)

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ

حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ

”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah hizbusy-syaithan (pasukan/golongan/partai syetan). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbusy-syaithan itulah golongan yang merugi.” (QS Al-Mujaadilah ayat)

apa benar? "WAKIL RAKYAT=KANAK2" (GUS DUR) menurutmu?

DPR RI TETAPKAN ANGGARAN DPR RI TAHUN 2012 08-Apr-2011
(http://www.dpr.go.id/id/berita/lain-lain/2011/apr/08/2658/dpr-ri-tetapkan-anggaran-dpr-ri-tahun-2012)

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) telah menetapkan Anggaran DPR RI Tahun 2012 sebesar Rp.3,5 Triliun terdiri kebutuhan Satuan Kerja Dewan dan Satuan Kerja Sekretariat Jenderal. “Anggaran DPR RI Tahun 2012 untuk mendukung pelaksanaan program satuan kerja yaitu Satker Dewan dan Satker Setjen,” kata Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Indrawati Sukadis.

Dalam Sidang Paripurna yang dipimpin Ketua DPR RI Marzuki Alie, Jum’at (8/4), di Gedung Nusantara II DPR, Jakarta.

Indrawati Sukadis menyampaikan laporan BURT tentang rancangan anggaran DPR RI Tahun 2012, kebutuhan satker Dewan sebesar 1,961 Triliun, yang terdiri dari program pelaksanaan fungsi legislatif sebesar 541 Milyar, program pelaksanaan fungsi anggaran Rp.38,5 Milyar, pelaksanaan fungsi pengawasan 255 Milyar, dan program penguatan kelembagaan sebesar 1,126 Trliiun.

Selanjutnya, Indrawati politikus dari Fraksi Partai Demokrat itu, memaparkan untuk kebutuan satker Setjen sebesar 1,5 Triliun, yang terdiri dari dukungan menagemen dan pelaksana tugas teknis lainnya sebesar 199 Milyar, serta peningkatan sarana dan prasarana sebesar 1.3 Triliun.

Selain itu Indrawati juga menyampaikan jumlah usulan Rancangan Undang-Undang Tahun 2010 yang telah diajukan oleh seluruh Alat Kelengkapan Dewan sejumlah 76 RUU, yaitu RUU yang merupakan usul inisiatif DPR sebanyak 35, RUU usul inisiati Pemerintah sebanyak 26, dan RUU ratifikasi dan pemekaran sebanyak 15.

Indrawati Sukadis berharap dengan besarnya anggaran ini kinerja lembaga DPR RI dapat lebih baik, dengan diiringi komitmen seluruh alat kelengkapan Dewan untuk mewujudkan anggaran yang efektif, efesien, transparan dan akuntabel dalam memenuhi amanat aspirasi rakyat. (as)

Selasa, 25 Januari 2011

SEMOGA HARAPANKU BENAR





3 hari lagi akan menjelang PEMILU 2011. hal yang selalu kami takutkan terhadap hal ini
bukan perkara ketakutan akan kalah dalam hasil perhitungan namun kalah dalam hal mengantarkan adek2 dibawahku. namun hal ini coba ku tegarkan lewat sugesti untuk diriku. bahwa menang kalah adalah suratan takdir yang gak bisa dirubah dan ini keputusan terbaik dari allah..... nah hal ini coba ku kuatkan dalam diriku..

2 bulan kami persiapkan hal ini, karna bagi kami dan aku khususnya sangat penting
hal yang selalu kami harapakan kemenangan dr setiap usaha yg kami lakukan, se oga ini terbaik bagi kami. di angkatan yang tak mudah lagi, aku cuma bisa berdoa dan membantuku sekuat tenaga ku untuk bisa mengantarkan mereka di garis kemenangan
dalam upaya kami bukan untuk berkuasa namun untuk menjaga agar tidak terjadi namanya kekuasaan turun temurun.

meskipun kami tak sekandung atau tak sedarah, namun kebersamaan kami seperti kandung dan mengalir darah yang sama
terasa atau tidak rasa emang kami seperti saudara.... memang tidak dirasakan oleh yg lain namun aku sangat terasa. sedikita harapanku untuk ini. bisa mensukseskan mereka dengan sebuah hasil yang maksimal

ini yang terakhir bagiku sebelum ku lulus dan menggapai gelar sarjananku

semoga harapan buruk menjauh dr mindset q
dan harapa baik sesuai apa yg kuinginkan menjadi terkabul

dan satu doa ku :

ya allah jika kau berkehendak, kabulkan doaku
bila kau yang menentukan kabulkan doaku
jika kami memang terbaik kabulkan harapanku
berikalah kami yang terbaik setiap apa yg kami lakukan

dan itu saja yg dapat kulakukan dibalik semua cemas lu